Teknik Marketing “Sniper” VS “Rambo”


Berbekal dari sepotong kecil pengalaman di beberapa perusahaan, saat ini saya mendapat kesimpulan awal, bahwa marketing hanya terbagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu:

Rambo’s marketing

Marketing jenis ini tergolong konvensional dan sering kita lihat di banyak tempat, mulai dari pasar, mall, jalanan, bahkan tempat ibadah. Dengan mengandalkan pada alat pulikasi (brosur, demo produk, multimedia, dll) para marketer menjajakan produk yang mereka jual kepada masyarakat luas secara “mem-babi buta” alias tidak pandang bulu. Walaupun segmentasi pasar juga harus diperhatikan, untuk kalangan yang seperti apa produk kita dibutuhkan. Apakah untuk kalangan remaja, orang tua, agamis atau penggemar tertentu.

Teknik seperti ini memang sangat cocok jika produk yang kita “jual” adalah produk yang dibutuhkan atau dikonsumsi kebanyakan orang dan dianggap sesuatu yang normal, pokok atau sesuatu yg bersifat rutin (missal: makanan, barang rumah tangga, handphone, pendidikan, kesehatan, dll).

Atau teknik ini bisa juga dilakukan untuk meningkatkan ratting perusahaan. Mungkin anda pernah melihat iklan chevron di televisi lokal? Ya, itulah contoh kecilnya. Chevron merupakan perusahaan energy skala internasional, tapi dia beriklan bukan untuk menjual minyak. Tapi….. jawab sendiri saja ya…

Saya sendiri sering mengadopsi teknik ini di tempat kerja saya saat ini (Tarqi), namun bagaiman jika produk yang kita jual adalah barang yang tidak biasa atau yang dianggap tidak biasa?

Maka gunakanlah teknik yang ke dua dibawah ini.

Sniper Marketing

Dengan memakai semboyan “one shot, one kill” yang sering dipakai pada penembak jitu atau sniper, maka para marketer dituntut untuk efektif dan efisien dalam kegiatan memasarkan suatu produk. Fokus pada satu konsumen, adalah kunci dari teknik ini. Mulai dari survey, lobby, sampai dengan closing. Memang pada teknik ini lebih menguras tenaga & waktu hanya untuk mendapatkan 1 konsumen, tapi itulah konsekuensi untuk hasil yang luar biasa. 

Teknik ini banyak digunakan oleh para marketer yang “menjual” produk yang luar biasa atau diluar kebiasaan (sesuatu yang dianggap normal) oleh kebanyak orang atau lingkungan tertentu. Misalnya saja mobil, asuransi, investasi tertentu atau hal-hal exclusive lainnya.

Namun terkadang ada pula marketer yang terjebak dengan “orientasi hasil” yang berlebihan sehingga menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan konsumen. Mungkin masih hangat berita tentang “private banking”-nya Melinda Dee, ya, itulah contoh buruk dari teknik ini.

Saya sendiri pernah mempraktekan teknik ini di Hypno Learning (berbagai pelatihan Hypno), IEXP (Corporate interexpedition), AIG insurance (sekarang AIA) dan Bumiputra insurance. (tapi ga kaya Melinda Dee ya….)

Kedua teknik marketing ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tapi yang penting produk seperti apakah yang akan kita “jual”. Dari sanalah kita bisa menentukan dengan teknik seperti apa yang paling tepat untuk memasarkan produk kita.

Mungkin banyak orang mendeskripsikan berbagai teknik marketing, tapi hanya sebatas dua teknik inilah saya mengetahui dan pernah saya lakukan. Walaupun untuk beberapa perusahaan saya tidak ditempatkan khusus pada posisi marketing tapi tidak dapat dipungkiri marketing adalah jiwa dari sebuah korporasi dan menjadi kewajiban para individu-individu didalamnya untuk berkontribusi aktiv maupun pasif dalam hal marketing. 

Thx 4 my great teacher Adam Nova, Ch., Cht.

Coment well open…..
Previous
Next Post »